QONUN ASASI NU DENGAN TEGAS MEMERANGI BID'AH DHOLALAH
NU dengan tegas menempatkan dirinya pada posisi “jalan kebenaran”. Hal ini dapat anda lihat di dalam Qonun Asasi NU sebagai berikut:
NU dengan tegas menempatkan dirinya pada posisi “jalan kebenaran”. Hal ini dapat anda lihat di dalam Qonun Asasi NU sebagai berikut:
Sementara
itu segolongan orang yang terjun ke dalam lautan fitnah; memilih bid’ah
dan bukan sunnah-sunnah Rasul dan kebanyakan orang mukmin yang benar
hanya terpaku.
Maka para ahli bid’ah itu seenaknya memutar balikkan kebenaran, memunkarkan makruf dan memakrufkan kemunkaran.
Mereka
mengajak kepada kitab Allah, padahal sedikitpun mereka tidak bertolak
dari sana. Mereka tidak berhenti sampai disitu, malahan mereka
mendirikan perkumpulan pada perilaku mereka tersebut. Maka kesesatan
semakin jauh. Orang-orang yang malang pada memasuki perkumpulan itu. Demikian penggalan kalimat dalam Qonun Asasi NU.
Namun siapakah atau golongan manakah yang dimaksud sebagai ahli Bid’ah dalam Qonun Asasi NU
tersebut...??? Mari kita merujuk pada salah satu kitab pedoman Ahlussunnah
wal Jama’ah yang dikarang langsung oleh KH. Hasyim Asy’ari sendiri dalam
kitabnya Kitab Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Hal 9:
زعمون أنهم قائمون بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ، حاصون الناس على اتباع الشرع واجتناب البدع ، والله يشهد إنهم لكاذبون
Menganggap
dirinya (salafi wahabi) melaksanakan amar makruf nahi munkar, mereccoki
masyarakat dengan mengajak untuk mengikuti ajaran-ajaran syariat dan
menjauhi kebid’ahan. Padahal Allah maha mengetahui, bahwa mereka
berbohong. (Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Hal 9)
و
منهم فرقة يتبعون رأي محمد عبده و رشيد رضا ، ويأخذون من بدعة محمد بن عبد
الوهاب النجدي ، وأحمد بن تيمية وتلامذيه ابن القيم الجوزي و عبد الهادي
Di
antara mereka (sekte yang muncul pada kisaran tahun 1330 H.), terdapat
juga kelompok yang mengikuti pemikiran Muhammad Abduh dan rasyid Ridha.
Melaksanakan kebid’ahan Muhammad bin Abdul Wahhab al-najdy, Ahmad bin
Taimiyah serta murid-murid Ibnul Qoyyim al-jauzy dan Abdul hadi.
فحرموا ما أجمع المسلمون على ندبه ، وهو السفر لزيارة قبر رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وخالفوهم فيما ذكر وغيره
Mereka
mengaharamkan hal-hal yang telah disepakati oleh orang-orang Islam
sebagai sebuah kesunnahan, seperti bepergian untuk menziarahi makam
Rasulullah SAW serta berselisih dalam kesepakatan-kesepakatan lainnya.
قال
ابن تيمية في فتاويه : وإذا لا اعتقاد أنها أي زيارة قبر النبي صلى الله
عليه وسلم طاهة ، كان ذلك محرما بغجماع المسلمين ، فصار التحريم من الأمر
المقطوع به
Bahkan
Ibnu Taimiyah menyatakan dalam Majmu’ Fataawa-nya, “……………… dengan
demikian, karena berkeyakinan (yakni mengunjungi makam rasulullah
sebagai sebuah bentuk ketaatan), mereka telah jatuh pada keharaman yang
telah disepakati oleh umat Muslim. Karenanya, keharaman adalah sesuatu
yag mestinya ditinggalkan……………..”
قال
العلامة الشيخ محمد بخيت الحنفي المطيعي في رسالته المسماة تطهير الفؤاد
من دنس الإعتقاد : وهذا الفريق قد ابتلى المسلمون بكثير منهم سلفا وخلفا ،
فكانوا وصمة وثلمة في المسلمين وعضوا فاسدا
Al-Allamah
Syeikh Muhammad Bakhit al-Hanafi al-Muth’i menyatakan dalam kitabnya,
Tathirul Fuad min danasil I’tiqood (Pembersihan hati dari Kotoran
Keyakinan) bahwa, “kelompok ini sungguh menjadi cobaan berat bagi umat
Muslim, baik salaf maupun kholaf. Mereka adalah duri “dalam daging/musuh
dalam selimut” yang hanya merusak keutuhan Islam.
يجب قطعه حتى لا يعدى الباقي ، فهو كالمجذوم يجب الفرار منهم ، فإنهم فريق يلعبون بدينهم يذمون العلماء سلفا وخلفا
Maka
wajib menanggalkan/menjauhi (penyebaran) ajaran mereka agar yang lain
tidak tertular. Mereka laksana penyandang Lepra yang mesti dijauhi.
Mereka adalah kelompok yang mempermainkan agama mereka. Hanya bisa
menghina para ulama, baik salaf maupun kholaf.
ويقولون
: إنهم غير معصومين فلا ينبغي تقليدهم ، لا فرق في ذلك بين الأحياء
والأموات يطعنون عليهم ويلقون الشبهات ، ويذرونها في عيون بصائر الضعفاء ،
لتعمى أبصارهم عن عيوب هؤلاء
Mereka
menyatakan, “para ulama bukanlah orang-orang yang terbebas dari dosa,
maka tidaklah layak mengikuti mereka, baik yang masih hidup maupun yang
telah meninggal.” Mereka menyebarkan (pandangan/asumsi) ini pada
orang-orang bodoh agar tidak dapat mendeteksi kebodohan mereka.
ويقصدون
بذلك إلقاء العداوة والبغضاء ، بخلولهم الجو و يسعون في الأرض فسادا ،
يقولون على الله الكذب وهم يعلمون ، يزعمون أنهم قائمون بالأمر بالمعروف
والنهي عن المنكر ، حاصون الناس على اتباع الشرع واجتناب البدع ، والله
يشهد إنهم لكاذبون
Maksud
dari propaganda ini adalah munculnya permusuhan dan kericuhan. Dengan
penguasaan atas jaringan teknologi mereka merusak tatanan masyarakat.
Mereke menyebarkan kebohongan mengenai Allah, padahal mereka menyadari
kebohongan tersebut. Menganggap dirinya melaksanakan amar makruf nahi
munkar, mereccoki masyarakat dengan mengajak untuk mengikuti
ajaran-ajaran syariat dan menjauhi kebid’ahan. Padahal Allah maha
mengetahui, bahwa mereka berbohong.
Nah demikianlah bahwa yang dimaksud Ahli Bid’ah dalam Qonun Asasi NU tersebut sudah jelas,
yaitu sebuah ajaran Pada abad ke XII Masehi faham Ibnu Taimiyah yang
disebarkan dalam bentuk pratek oleh Muhamad bin abdul wahab yang
terkenal dengan sebutan WAHABI [1176-1257 M.] di najd dengan mendapat
bantuan iparnya yaitu Raja Muhamad bin su’ud raja ke II yang menurunkan
dinasi Su’udiyah di saudi arabiyah.
Sebagaimana
diketahui ayah Muhamad yang bernama Syeih Abdul wahab adalah seorang
ulama yang sholeh dari golongan ahlus sunnah wal jamaah. Begitu pula
saudaranya Sulaiman Al Qurdi dan syeik Muhamad Khayat Assundi dua ulama
besar dimadinah Pernah mengatakan “ALLAH AKAN MENYESATKAN ANAK INI SERTA
ORANG YG MENGIKUTI FAHAMNYA”.
No comments:
Post a Comment