LAGI-LAGI FIRANDA MEMBUAT ULAH
Firanda mempermainkan ayat dan hadits lagi sesuai yg di inginkan untuk mencaci para peziyarah Kubur
Sekali lagi Firanda mempermainkan Ayat dan hadits sesuai seleranya,
ambisi untuk di sebut sebagai Ulama caliber dg modal yg pas2an semakin
menampakkan kebodohannya, dia membicarakan tidak bolehnya aktifitas
ziayaroh dg memelintir Ayat yg sesungguhnya sama sekali tidak
membicarakan konteks yg dia bicarakan, mari kita lihat inilah kutipan2
ayat dari Firanda yg dia telah merasa bangga karena menurutnya dia telah
menumbangkan Hujjah Ulama Kharismatik Al Habib Mundzir bin Musawa
shohibul Majlis Rosulillah sebagai berikut:
“Tidaklah pantas orang-orang
musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui
bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia
pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak
takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang
yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(QS At-Taubah : 17-18)
Itulah
ayat yg di permainkan Oleh Firanda untuk mensukseskan misinya dalam
memberantas orang2 yg suka ziyaroh ke Kuburan2 Wali/Nabi.
Sekarang mari kita coba untuk mengungkap ada apa sebenarnya di balik
ayat itu, ada pesan dan pelajaran apa sesungguhnya, kita mulai dari
Tafsir Ibnu Katsir:
يقول تعالى : ما ينبغي للمشركين بالله أن يعمروا مساجد الله التي بنيت على اسمه وحده لا شريك له
Allah Ta’ala Berfirman:
tidaklah di perkenankan/ tidak di himbau Orang Musyrikin itu untuk
memakmurkan Masjid yg di bangun atas Nama Allah.
Senada dg Tafsir Thobari sebagai berikut:
قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره:
ما ينبغي للمشركين أن يعمروا مساجد الله وهم شاهدون على أنفسهم بالكفر.
يقول: إن المساجد إنما تعمر لعبادة الله فيها، لا للكفر به، فمن كان بالله
كافرًا، فليس من شأنه أن يعمُرَ مساجد الله.
Berkata Abu Ja’far: Allah
Ta’ala berFirman : Tidak di perkenankan kepada Musyrikin untuk
memakmurkan Masjid2 Allah, sedangkan mereka terang2an dg kekufurannya.
Allah Ta’ala berfirman: Sesungguhnya Masjid itu di dirikan untuk
beribadah kepada Allah, bukan untuk mrngkufuriNya. Maka Barang siapa yg
Kafir terhadap Allah, tiadalah bagian dirinya untuk memakmurkan
MasjidNya Allah.
Jadi jelas konteks Ayat ini
adalah pelarangan Bagi Orang2 Musyrik untuk tidak ikut serta dalam
membangun/memakmurkan Masjid, ini sesuai dg kelanjutan Ayat tersebut yg
jelas menjadi bahan pembicaraan adalah Masjidil haram, yg mana pada
waktu itu telah terjadi pemindahan Kekuasaan dari Orang2 Musyrik Arab ke
Tangan Rosulullah setelah Fathu Makkah.
Hal ini di pertegas dg Ayat
إِنَّمَا المشركون نَجَسٌ “Sesungguhnya Orang2 Musyrik itu Najis” jadi
mendekat saja ke Masjidil Haram gak boleh.
Demikian ini selaras dg kebanyakan Kitab2 Tafsir yg Mu’tabar.
Lalu kenapa setelah di tangan
firanda, ayat ini di jadikan misiu untuk menembak orang2 yg suka ziyaroh
Qubur? Sejak kapan dia menjadi ahli tafsir Kondang yg liberal?
Setelah sukses menampakkan
permainan kanak2 diapun mengutip Hadits sebagai berikut, dan sudah
biasa, makna leterleg hadits dia telan begitu saja tanpa mau mendengar
dan mengamati komentar dari para ahlinya, sebagai berikut:
عن عائشة رضي الله عنها عن النبي
صلى الله عليه وسلم قَالَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيْهِ : لَعَنَ
اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ
مَسْجِدًا. قَالَتْ وَلَوْلاَ ذَلِكَ لَأَبْرَزُوْا قَبْرَهُ غَيْرَ أَنِّي
أَخْشَى أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا
Bahwasanya Aisyah dan Abdullah bin Abbas berkata : Tatkala ajal
menjemput Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau menjadikan
sebuah kain (yang terbuat dari bulu domba-pen) di atas wajah beliau
(karena demam yang beliau rasakan-pen), jika beliau merasa sesak maka
beliaupun membuka kain tersebut dari wajahnya, –dan beliau dalam kondisi
demikian-lalu beliau berkata : “Laknat Allah kepada orang-orang yahudi
dan nasoro, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai
masjid-masjid”, Nabi memperingatkan dari perbuatan yang mereka lakukan.
(HR Al-Bukhari no 436 dan Muslim no 531)
Berikut penjelasan dalam Kitab Fathul Bari:
[] قوله : ( باب ما يكره من
اتخاذ المساجد على القبور ) ترجم بعد ثمانية أبواب : ” باب بناء المسجد على
القبر ” . قال ابن رشيد : الاتخاذ أعم من البناء ، فلذلك أفرده بالترجمة ،
ولفظها يقتضي أن بعض الاتخاذ لا يكره ، فكأنه يفصل بين ما إذا ترتبت على
الاتخاذ مفسدة أو لا .
Mushonnif mengatakan dalam (Bab
di Makruhkannya Mengambil Masjid di atas Kuburan) Penjelasan ini
mencakup 8 Bab: – “Bab pembangunan Masjid di atas Kuburan”, Ibnu Rosyid
mengatakan: Al Ittikhodz (mengambil/mempergunakan/) itu maknanya lebih
Umum daripada Al Bina (mendirikan), maka dg ini harus di pisah2
penjelasannya, bentuk Lafadlnya menunjukkan sesungguhnya Sebagian(tidak
semuanya) mengambil/mempergunakan itu tidak di makruhkan, maka
sepertinya harus di perinci apakah mengambilnya/mempergunakannya itu dg
jalan tertib apa merusak.
Kemudian dalam baris berikut di jelaskan sebagai berikut ;
قوله : ( لأبرز قبره ) أي لكشف
قبر النبي صلى الله عليه وسلم ، ولم يتخذ عليه الحائل ، والمراد الدفن خارج
بيته ، وهذا قالته عائشة قبل أن يوسع المسجد النبوي ، ولهذا لما وسع
المسجد جعلت حجرتها مثلثة الشكل محددة ، حتى لا يتأتى لأحد أن يصلي إلى جهة
القبر مع استقبال القبلة .
Perkataan (Musti di
tampakkanlah Kuburan Nabi) maksudnya di buat terbukalah Kuburan Nabi
Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dan tidak di buatkan sebuah
penghalang/ dinding pembatas, maksudnya di kubur di luar rumah Beliau.
Demikian ini adalah perkataan Sayyidah A’isyah ketika belum terjadi
perluasan Masjid nabawi, oleh karenanya ketika terjadi perluasan Masjid
itu di buatlah Kamar Nabi tersebut berbentuk segi tiga sebagai pembatas,
sehingga tidak akan terjadi seseorang yg Sholat menghadap kea arah
Kuburan itu bersamaan dg menghadap Kiblat.
Mari kita bandingkan dg
komentar dari yg lain agar dapat kita ketahui apa maksud dari
Ittakhodla itu, di bawah ini terdapat dalam Kitab TuhfatulAkhwadzi
Syarah Sunan Al Turmudzi Juz 2 Hal 236 cet Darul Fikri
تنبيه: قال في مجمع البحاري:
وحديث لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد كانوا يجعلونها
قبلة يسجدون إليها في الصلاة كالوثن، وأما من اتخذ مسجداً في جوار صالح أو
صلى في مقبرة قاصداً به الاستظهار بروحه أو وصول أثر من اثار عبادته إليه
لا التوجه نحوه والتعظيم له فلا حرج فيه، ألا يرى أن مرقد إسماعيل في الحجر
في المسجد الحرام والصلاة فيه أفضل انتهى
Peringatan: Berkata Mushonnif
dalam Kitab Majma’ Al Bukhori: adapun maksud Hdits “Allah melaknat Orang
Yahudi dan Nasrani yg mengambil/menggunakan Kuburan Para Nabinya
sebagai Masjid” mereka membuat Kuburan Para Nabinya sebagai Kiblat yg
mereka sujud ke padanya seperti ketika menyembah Berhala, adapun membuat
Kuburan di dekat Orang Salih atau Sholat dalam pekuburan dg maksud
meminta bantuan dg Ruhnya atau untuk sampainya Pahala dari Atsar Ibadah
yg dia kerjakan untuk Orang Salih tersebut, bukan dalam rangka
mengarahkan (Tawajjuh ini mengandung arti konsentrasi untuk menghadirkan
sosok yg di tuju) dan mengagungkannya, maka seperti ini tidak mengapa.
Bukankah Fakta Pesarean (Kuburan) Nabi Isma,l itu terdapat di dalam
Masjidil haram, yg mana Sholat di situ adalah Lebih utama?.
Lebih detail dan jelasnya ksimak Al Syaih dahlawi dalam menjelaskan hal ini dalam Kitab Al Luma’at sebagai berikut:
قال التوربشتي هو مخرج على
الوجهين: أحدهما كانوا يسجدون لقبور الأنبياء تعظيماً لهم وقصد العبادة في
ذلك وثانيهما أنهم كانوا يتحرون الصلاة في مدافن الأنبياء والتوجه إلى
قبورهم في حالة الصلاة والعبادة لله نظراً منهم أن ذلك الصنيع أعظم موقعاً
عند الله لاشتماله على الأمرين: عبادة والمبالغة في تعظيم الأنبياء، وكلا
الطريقين غير مرضية، وأما الأول فشرك جلي، وأما الثانية فلما فيها من معنى
الاشراك بالله عز وجل وإن كان خفياً. والدليل على ذم الوجهين قوله صلى الله
عليه وسلّم: اللهم لا تجعل قبري وثناً، اشتد غضب الله على قوم اتخذوا قبور
أنبيائهم مساجد. والوجه الأول أظهر وأشبه، كذا قال التوربشتي
Al Turbasty
mengatakan: Hadist tersebut dapat di tarik dua sisi: Salah satunya
adalah Mereka (Yahudi & nasrani) pada bersujud ke Kuburan Para
Nabinya untuk Mengagungkan (menghormati) dan berniyyat Ibadah ketika
melakukan itu semua. Yg Ke Dua adalah: Mereka (Yahudi & Nasrani)
lebih memilih pekuburan Para Nabinya untuk mengerjakan sholat di sana,
dan Tawajjuh ke Kuburan itu ketika Sholat dan BerIbadah.Analisa dari hal
tersebut adalah fenomena yg sangat besar kepada Allah (Maksudnya
kejadian yg luar biasa dalam menyekutukan Allah) karena mengandung dua
perkara:
1) Ibadah
2) dan Keterlaluan dalam
mengaungkan Nabi2. Dan kedua metode ini di larang (tidak di Ridloi) yg
pertama sudah nyata sekali Syiriknya dan yg ke dua juga syirik walaupun
masih dalam taraf samar.
Adapun Dalil yg menunjukkan keburukan dari arah keduanya adalah Sebuah Hadits:
“Wahai Allah janganlah Engkau jadikan Kuburanku sebagai Berhala (Yg di Ibadahi)” dan Hadits:
“Allah sangat murka kepada Orang2 yg membuat kuburan sebagai Masjid”
Sisi yg awal lebih pas untuk di jadikan Hujjah. Demikian ini perkataan Al Turbasty.
وفي شرح الشيخ: فعلم منه أنه
يحرم الصلاة إلى قبر نبي أو صالح تبركاً وإعظاماً، قال وبذلك صرح النووي
وقال التوربشتي وأما إذا وجد بقربها موضع بنى للصلاة أو مكان يسلم فيه
المصلى عن التوجه إلى القبور فإنه في مدحة من الأمر، وكذلك إذا صلى في موضع
قد اشتهر بأن فيه مدفن بنى لم ير للقبر فيه علماً ولم يكن تهده ما ذكرناه
من العمل الملتبس بالشرك الخفي.
“Masih dalam penjelasan Al Turbasty,
maka sudah maklum jika sholat ke Kuburan Nabi atau Orang Sholeh itu
Haram baik dalam rangka bertabarruk atau dalam Rangka Ta’dlim
(Penghormatan). Kemudian Al Syaikh mengatakan demikian ini adalah
penjelasan Imam Nawawi. Al Turbasty
mengatakan lagi: jika ada terdapat tempat yg di situ terdapat Kuburan yg
dekat dg tempat di mana di dirikan Sholat, dan terjamin untuk tidak
Tawajjuh (Lihat Arti Tawajjuh di atas) kepada Kuburan, yg seperti itu
adalah hal yg terpuji. . Demikian pula jika orang melakukan sholat di
tempat yang sudah terkenal sebagai tempat memakamkan nabi tapi tidak
melihat tanda kuburan disitu dan tidak menjerumuskannya hal-hal yang
telah kami sebut dari amal yang bercampur dengan syirik khofi (maka itu
termasuk perkara yang terpuji)”.
وفي شرح الشيخ مثله حيث قال:
وخرج بذلك اتخاذ مسجد بجوار نبي أو صالح والصلاة عند قبره لا لتعظيمه
والتوجه نحوه بل لحصول مدد منه حتى يكمل عبادته ببركة مجاورته لتلك الروح
الطاهرة فلا حرج في ذلك لما ورد أن قبر إسماعيل عليه السلام في الحجر تحت
الميزاب، وأن في الحطم بين الحجر الأسود وزمزم قبر سبعين نبياً، ولم ينه
أحد عن الصلاة فيه انتهى. وكلام الشارحين مطابق في ذلك انتهى ما في اللمعات
Dan dalam Syarah yg berikutnya
Al Syaikh mengatakan: keluar dari kontek di atas, yaitu membuat Masjid
yg bertetangga dg Kuburan Nabi atau Orang Salih, dan Sholat disana tidak
dalam rangka Ta’dlim dan Tawajjuh dg Nabi/Orang Salih itu, tetapi hanya
dalam rangka memperoleh pertolongan darinya, sehingga dapat
menyempurnakan Ibadahnya sebab Berkah kedekatannya kepada Ruh yg di
sucikan it, hal demikian tidak mengapa, sehubungan dg Kabar Nabi bahwa
Kuburan Nabi Isma,il itu ada di Hijir dan berada di bawah Talang Ka’bah,
dan dalam reruntuhan antara Hajar Aswad dan Zam2 terdapat 70 kuburan
Para Nabi, dan tidak ada satupun Orang yg melarang sholat disitu.
Demikian penjelasan dari dua Orang yg saling cocok, demikian dalam Kitab
Al Luma’at.
No comments:
Post a Comment