Tuesday 26 March 2013

LAGI-LAGI FIRANDA MEMBUAT ULAH

Firanda mempermainkan ayat dan hadits lagi sesuai yg di inginkan untuk mencaci para peziyarah Kubur


Sekali lagi Firanda mempermainkan Ayat dan hadits sesuai seleranya, ambisi untuk di sebut sebagai Ulama caliber dg modal yg pas2an semakin menampakkan kebodohannya, dia membicarakan tidak bolehnya aktifitas ziayaroh dg memelintir Ayat yg sesungguhnya sama sekali tidak membicarakan konteks yg dia bicarakan, mari kita lihat inilah kutipan2 ayat dari Firanda yg dia telah merasa bangga karena menurutnya dia telah menumbangkan Hujjah Ulama Kharismatik Al Habib Mundzir bin Musawa shohibul Majlis Rosulillah sebagai berikut:

( ما كان للمشركين أن يعمروا مساجد الله شاهدين على أنفسهم بالكفر أولئك حبطت أعمالهم وفي النار هم خالدون ( 17 ) إنما يعمر مساجد الله من آمن بالله واليوم الآخر وأقام الصلاة وآتى الزكاة ولم يخش إلا الله فعسى أولئك أن يكونوا من المهتدين ( 18 ) )

“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS At-Taubah : 17-18)

Itulah ayat yg di permainkan Oleh Firanda untuk mensukseskan misinya dalam memberantas orang2 yg suka ziyaroh ke Kuburan2 Wali/Nabi. Sekarang mari kita coba untuk mengungkap ada apa sebenarnya di balik ayat itu, ada pesan dan pelajaran apa sesungguhnya, kita mulai dari Tafsir Ibnu Katsir:

يقول تعالى : ما ينبغي للمشركين بالله أن يعمروا مساجد الله التي بنيت على اسمه وحده لا شريك له 

Allah Ta’ala Berfirman: tidaklah di perkenankan/ tidak di himbau Orang Musyrikin itu untuk memakmurkan Masjid yg di bangun atas Nama Allah.

Senada dg Tafsir Thobari sebagai berikut:

قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره: ما ينبغي للمشركين أن يعمروا مساجد الله وهم شاهدون على أنفسهم بالكفر. يقول: إن المساجد إنما تعمر لعبادة الله فيها، لا للكفر به، فمن كان بالله كافرًا، فليس من شأنه أن يعمُرَ مساجد الله.

Berkata Abu Ja’far: Allah Ta’ala berFirman : Tidak di perkenankan kepada Musyrikin untuk memakmurkan Masjid2 Allah, sedangkan mereka terang2an dg kekufurannya. Allah Ta’ala berfirman: Sesungguhnya Masjid itu di dirikan untuk beribadah kepada Allah, bukan untuk mrngkufuriNya. Maka Barang siapa yg Kafir terhadap Allah, tiadalah bagian dirinya untuk memakmurkan MasjidNya Allah.

Jadi jelas konteks Ayat ini adalah pelarangan Bagi Orang2 Musyrik untuk tidak ikut serta dalam membangun/memakmurkan Masjid, ini sesuai dg kelanjutan Ayat tersebut yg jelas menjadi bahan pembicaraan adalah Masjidil haram, yg mana pada waktu itu telah terjadi pemindahan Kekuasaan dari Orang2 Musyrik Arab ke Tangan Rosulullah setelah Fathu Makkah.

Hal ini di pertegas dg Ayat إِنَّمَا المشركون نَجَسٌ “Sesungguhnya Orang2 Musyrik itu Najis” jadi mendekat saja ke Masjidil Haram gak boleh.

Demikian ini selaras dg kebanyakan Kitab2 Tafsir yg Mu’tabar.

Lalu kenapa setelah di tangan firanda, ayat ini di jadikan misiu untuk menembak orang2 yg suka ziyaroh Qubur? Sejak kapan dia menjadi ahli tafsir Kondang yg liberal?

Setelah sukses menampakkan permainan kanak2 diapun mengutip Hadits sebagai berikut, dan sudah biasa, makna leterleg hadits dia telan begitu saja tanpa mau mendengar dan mengamati komentar dari para ahlinya, sebagai berikut:

عن عائشة رضي الله عنها عن النبي صلى الله عليه وسلم قَالَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيْهِ : لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسْجِدًا. قَالَتْ وَلَوْلاَ ذَلِكَ لَأَبْرَزُوْا قَبْرَهُ غَيْرَ أَنِّي أَخْشَى أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا
Bahwasanya Aisyah dan Abdullah bin Abbas berkata : Tatkala ajal menjemput Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau menjadikan sebuah kain (yang terbuat dari bulu domba-pen) di atas wajah beliau (karena demam yang beliau rasakan-pen), jika beliau merasa sesak maka beliaupun membuka kain tersebut dari wajahnya, –dan beliau dalam kondisi demikian-lalu beliau berkata : “Laknat Allah kepada orang-orang yahudi dan nasoro, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid-masjid”, Nabi memperingatkan dari perbuatan yang mereka lakukan. (HR Al-Bukhari no 436 dan Muslim no 531)

Berikut penjelasan dalam Kitab Fathul Bari:

 [] قوله : ( باب ما يكره من اتخاذ المساجد على القبور ) ترجم بعد ثمانية أبواب : ” باب بناء المسجد على القبر ” . قال ابن رشيد : الاتخاذ أعم من البناء ، فلذلك أفرده بالترجمة ، ولفظها يقتضي أن بعض الاتخاذ لا يكره ، فكأنه يفصل بين ما إذا ترتبت على الاتخاذ مفسدة أو لا .

Mushonnif mengatakan dalam (Bab di Makruhkannya Mengambil Masjid di atas Kuburan) Penjelasan ini mencakup 8 Bab: – “Bab pembangunan Masjid di atas Kuburan”, Ibnu Rosyid mengatakan: Al Ittikhodz (mengambil/mempergunakan/) itu maknanya lebih Umum daripada Al Bina (mendirikan), maka dg ini harus di pisah2 penjelasannya, bentuk Lafadlnya menunjukkan sesungguhnya Sebagian(tidak semuanya) mengambil/mempergunakan itu tidak di makruhkan, maka sepertinya harus di perinci apakah mengambilnya/mempergunakannya itu dg jalan tertib apa merusak.

Kemudian dalam baris berikut di jelaskan sebagai berikut ;

قوله : ( لأبرز قبره ) أي لكشف قبر النبي صلى الله عليه وسلم ، ولم يتخذ عليه الحائل ، والمراد الدفن خارج بيته ، وهذا قالته عائشة قبل أن يوسع المسجد النبوي ، ولهذا لما وسع المسجد جعلت حجرتها مثلثة الشكل محددة ، حتى لا يتأتى لأحد أن يصلي إلى جهة القبر مع استقبال القبلة .

Perkataan (Musti di tampakkanlah Kuburan Nabi) maksudnya di buat terbukalah Kuburan Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dan tidak di buatkan sebuah penghalang/ dinding pembatas, maksudnya di kubur di luar rumah Beliau. Demikian ini adalah perkataan Sayyidah A’isyah ketika belum terjadi perluasan Masjid nabawi, oleh karenanya ketika terjadi perluasan Masjid itu di buatlah Kamar Nabi tersebut berbentuk segi tiga sebagai pembatas, sehingga tidak akan terjadi seseorang yg Sholat menghadap kea arah Kuburan itu bersamaan dg menghadap Kiblat.

Mari kita bandingkan dg komentar dari  yg lain agar dapat kita ketahui apa maksud dari Ittakhodla itu, di bawah ini terdapat dalam Kitab TuhfatulAkhwadzi Syarah Sunan Al Turmudzi  Juz 2 Hal 236 cet Darul Fikri

تنبيه: قال في مجمع البحاري: وحديث لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد كانوا يجعلونها قبلة يسجدون إليها في الصلاة كالوثن، وأما من اتخذ مسجداً في جوار صالح أو صلى في مقبرة قاصداً به الاستظهار بروحه أو وصول أثر من اثار عبادته إليه لا التوجه نحوه والتعظيم له فلا حرج فيه، ألا يرى أن مرقد إسماعيل في الحجر في المسجد الحرام والصلاة فيه أفضل انتهى

Peringatan: Berkata Mushonnif dalam Kitab Majma’ Al Bukhori: adapun maksud Hdits “Allah melaknat Orang Yahudi dan Nasrani yg mengambil/menggunakan Kuburan Para Nabinya sebagai Masjid” mereka membuat Kuburan Para Nabinya sebagai Kiblat yg mereka sujud ke padanya seperti ketika menyembah Berhala, adapun membuat Kuburan di dekat Orang Salih atau Sholat dalam pekuburan dg maksud meminta bantuan dg Ruhnya atau untuk sampainya Pahala dari Atsar Ibadah yg dia kerjakan untuk Orang Salih tersebut, bukan dalam rangka mengarahkan (Tawajjuh ini mengandung arti konsentrasi untuk menghadirkan sosok yg di tuju) dan mengagungkannya, maka seperti ini tidak mengapa. Bukankah Fakta Pesarean (Kuburan) Nabi Isma,l itu terdapat di dalam Masjidil haram, yg mana Sholat di situ adalah Lebih utama?.

Lebih detail dan jelasnya ksimak Al Syaih dahlawi dalam menjelaskan hal ini dalam Kitab Al Luma’at sebagai berikut:

قال التوربشتي هو مخرج على الوجهين: أحدهما كانوا يسجدون لقبور الأنبياء تعظيماً لهم وقصد العبادة في ذلك وثانيهما أنهم كانوا يتحرون الصلاة في مدافن الأنبياء والتوجه إلى قبورهم في حالة الصلاة والعبادة لله نظراً منهم أن ذلك الصنيع أعظم موقعاً عند الله لاشتماله على الأمرين: عبادة والمبالغة في تعظيم الأنبياء، وكلا الطريقين غير مرضية، وأما الأول فشرك جلي، وأما الثانية فلما فيها من معنى الاشراك بالله عز وجل وإن كان خفياً. والدليل على ذم الوجهين قوله صلى الله عليه وسلّم: اللهم لا تجعل قبري وثناً، اشتد غضب الله على قوم اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد. والوجه الأول أظهر وأشبه، كذا قال التوربشتي

Al Turbasty mengatakan: Hadist tersebut dapat di tarik dua sisi: Salah satunya adalah Mereka (Yahudi & nasrani) pada bersujud ke Kuburan Para Nabinya untuk Mengagungkan (menghormati) dan berniyyat Ibadah ketika melakukan itu semua. Yg Ke Dua adalah: Mereka (Yahudi & Nasrani) lebih memilih pekuburan Para Nabinya untuk mengerjakan sholat di sana, dan Tawajjuh ke Kuburan itu ketika Sholat dan BerIbadah.Analisa dari hal tersebut adalah fenomena yg sangat besar kepada Allah (Maksudnya kejadian yg luar biasa dalam menyekutukan Allah) karena mengandung dua perkara:

1)   Ibadah

2)    dan Keterlaluan dalam mengaungkan Nabi2. Dan kedua metode ini di larang (tidak di Ridloi) yg pertama sudah nyata sekali Syiriknya dan yg ke dua juga syirik walaupun masih dalam taraf samar.

Adapun Dalil yg menunjukkan keburukan dari arah keduanya adalah Sebuah Hadits:

“Wahai Allah janganlah Engkau jadikan Kuburanku sebagai Berhala (Yg di Ibadahi)” dan Hadits:

“Allah sangat murka kepada Orang2 yg membuat kuburan sebagai Masjid”

Sisi yg awal lebih pas untuk di jadikan Hujjah. Demikian ini perkataan Al Turbasty.

وفي شرح الشيخ: فعلم منه أنه يحرم الصلاة إلى قبر نبي أو صالح تبركاً وإعظاماً، قال وبذلك صرح النووي وقال التوربشتي وأما إذا وجد بقربها موضع بنى للصلاة أو مكان يسلم فيه المصلى عن التوجه إلى القبور فإنه في مدحة من الأمر، وكذلك إذا صلى في موضع قد اشتهر بأن فيه مدفن بنى لم ير للقبر فيه علماً ولم يكن تهده ما ذكرناه من العمل الملتبس بالشرك الخفي.

“Masih dalam penjelasan Al Turbasty, maka sudah maklum jika sholat ke Kuburan Nabi atau Orang Sholeh  itu Haram baik dalam rangka bertabarruk atau dalam Rangka Ta’dlim (Penghormatan). Kemudian Al Syaikh mengatakan demikian ini adalah penjelasan Imam Nawawi. Al Turbasty mengatakan lagi: jika ada terdapat tempat yg di situ terdapat Kuburan yg dekat dg tempat di mana di dirikan Sholat, dan terjamin untuk tidak Tawajjuh (Lihat Arti Tawajjuh di atas) kepada Kuburan, yg seperti itu adalah hal yg terpuji. . Demikian pula jika orang melakukan sholat di tempat yang sudah terkenal sebagai tempat memakamkan nabi tapi tidak melihat tanda kuburan disitu dan tidak menjerumuskannya hal-hal yang telah kami sebut dari amal yang bercampur dengan syirik khofi (maka itu termasuk perkara yang terpuji)”.

وفي شرح الشيخ مثله حيث قال: وخرج بذلك اتخاذ مسجد بجوار نبي أو صالح والصلاة عند قبره لا لتعظيمه والتوجه نحوه بل لحصول مدد منه حتى يكمل عبادته ببركة مجاورته لتلك الروح الطاهرة فلا حرج في ذلك لما ورد أن قبر إسماعيل عليه السلام في الحجر تحت الميزاب، وأن في الحطم بين الحجر الأسود وزمزم قبر سبعين نبياً، ولم ينه أحد عن الصلاة فيه انتهى. وكلام الشارحين مطابق في ذلك انتهى ما في اللمعات

Dan dalam Syarah yg berikutnya Al Syaikh mengatakan: keluar dari kontek di atas, yaitu membuat Masjid yg bertetangga dg Kuburan Nabi atau Orang Salih, dan Sholat disana tidak dalam rangka Ta’dlim dan Tawajjuh dg Nabi/Orang Salih itu, tetapi hanya dalam rangka memperoleh pertolongan darinya, sehingga dapat menyempurnakan Ibadahnya sebab Berkah kedekatannya kepada Ruh yg di sucikan it, hal demikian tidak mengapa, sehubungan dg Kabar Nabi bahwa Kuburan Nabi Isma,il itu ada di Hijir dan berada di bawah Talang Ka’bah, dan dalam reruntuhan antara Hajar Aswad dan Zam2 terdapat 70 kuburan Para Nabi, dan tidak ada satupun Orang yg melarang sholat disitu. Demikian penjelasan dari dua Orang yg saling cocok, demikian dalam Kitab Al Luma’at.

No comments:

Post a Comment