Saturday 3 August 2013

Pujian Terhadap Baginda Rosulullah

Kaab bin Zuhair adalah putra dari Zuhair bin Abi Sulma, seorang penyair kesohor pada masa jahiliyah. Kaab tumbuh dalam keluarga penyair, maka dia dengan saudaranya Bujair menjadi dua orang penyair besar setelah bapak mereka....

Ketika Islam datang Bujair masuk Islam dan Kaab tetap di atas agama leluhurnya. Kaab mencela dan menyalahkan Bujair karena keislamannya bahkan Kaab mulai berani menghina Rasulullah dalam syairnya....

Sepulang dari perang Thaif tahun 8 H, Bujair menulis kepada Kaab menyampaikan bahwa Rasulullah telah membunuh beberapa orang Makkah yg menghina & menjelek-jelekkannya, & para penyair Makkah yang tersisa telah berlari bersembunyi mencari selamat. Bujair menulis, “Kalau kamu masih menyayangi dirimu maka datanglah kepada Rasulullah karena beliau tidak membunuh orang yang datang bertaubat, jika tidak maka selamatkanlah dirimu.”

Dunia yg lapang terasa sempit bagi Kaab, dia masih menyayangi dirinya, dia ke sana kemari mencari perlindungan tetapi tidak seorang pun yg berani memberikan perlindungan kepadanya, akhirnya dia datang ke Madinah dan meminta perlindungan seorang kenalannya dari Juhainah. Selesai shalat Subuh orang Juhainah memberi isyarat kepada Kaab agar menghadap Rasulullah, Kaab menghadap, dia duduk dengan meletakkan tangannya di atas tangan Rasulullah sementara Rasulullah belum mengetahui bahwa orang yg ada di depannya adalah Kaab. Kaab berkata, “Ya Rasulullah, Kaab bin Zuhair, dia telah datang sebagai muslim yg bertaubat memohon perlindunganmu....... Apakah Anda berkenan menerimanya jika aku membawanya ke sini...????” Rosulullah menjawab, “Ya.....’ Kaab berkata, “Akulah Kaab binZuhair....” Lalu seorang laki2 Anshar berkata, “Ya Rasulullah, biarkan aku memenggal lehernya.” Nabi saw menjawab, “Biarkan dia, dia datang bertaubat membuang masa lalunya....”

Dalam kondisi ini Kaab pun bersyair meminta maaf & memuji Rasulullah dan para sahabat,.....

بَانَتْ سُعَادُ فَقَلْبِي اليَوْمَ مَتْبُوْلُ
مُتَيَّمٌ إِثْرَهَا لَمْ يُفْدَ مَكْبُوْلَ

Suad telah pergi, pada hari ini hatiku sedih
Gelisah sesudahnya, ia masih teringat dan belum lepas

يَسْعَى الغُوَاةُ جَنَابَيْهَا وَقَوْلُهُمْ
إِنَّكَ يَا ابْنَ أَبِي سُلْمَى لَمَقْتُوْلُ

Para penyebar isu di sekitarnya beraksi dan berkata
Wahai Ibnu Abu Sulma kamu pasti mati

وَقَالَ كُلُّ صَدِيْقٍ كُنْتُ آمُلُهُ
لا أُلْهِيَنَّكَ إني عَنْكَ مَشْغُوْلُ

Sementara semua teman yg aku harapkan berkata
Aku tidak meninggalkanmu, aku sibuk darimu

فَقُلْتُ خَلُّوا طَرِيْقِي لاَ أَبَالَكُمْ
فَكُلُّ مَا قَدَّرَ الرَّحْمَنُ مَفْعُوْلُ

Aku berkata biarkan jalanku tidak ada bapak bagimu
Segala apa yang ditakdirkan ar-Rahman pasti terjadi

كُلُّ ابن أُنْثَى وإن طَالَتْ سَلاَمَتُه
يَوْمًا عَلَى آلةٍ حَدْبَاءَ مَحْمُوْلُ

Setiap anak seorang wanita meskipun berumur panjang
Suatu hari dia akan dipikul di atas keranda

نُبِّئْتُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ أَوْعَدَنِي
وَالعَفْوُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ مَأْمُوْلُ

Aku diberitahu bahwa Rasulullah mengancamku
Dan maaf di sisi Rasulullah benar-benar diharapkan

مَهْلاً هَدَاكَ الذِي أَعْطَاكَ نَافِلَةَ
القُرْآنِ فِيْهَا مَوَاعِيْظُ وَتَفْصِيْلُ

Kalem, engkau telah dibimbing oleh dzat yang memberimu
Mukjizat al-Qur`an yang berisi nasihat dan rincian

لاَ تَأْخُذّنِّي بِأَقْوَالِ الوُشَاةِ وَلَمْ
أُذْنِبْ وَلَوْ كَثُرَتْ فِي الأَقَاوِيْلُ

Jangan menghukumku dengan dasar ucapan penyebar isu
Aku tidak bersalah walaupun orang-orang berkata tentangku

لَظَلَّ تُرْعَدُ مِنْ خَوْفٍ بَوَادِرُهُ
إِنْ لَمْ يَكُنْ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ تَنْوِيْلُ

Tengkuknya senantiasa bergetar karena takut
Jika tidak ada jaminan rasa aman dari Rasulullah

إِنَّ الرَّسُوْلَ لَنُوْرٌ يُسْتَضَاءُبِهِ
مُهَنَّدٌ مِنْ سُيُوفِ اللهِ مَسْلُوْلُ

Sesungguhnya Rasul adalah cahaya yang menerangi
Kuat pemberani dari pedang India yang terhunus

فِي عُصْبَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ قَالَ قَائِلُهُمْ
بِبَطْنِ مَكَّةَ لما أَسْلَمُوا زُولُوا

Bersama sekelompok orang Quraisy, salah satu dari mereka berkata
Di lembah Makkah ketika mereka masuk Islam, hijrahlah

زَالُوا فَمَازَالَ أَنْكَاسٌ وَلاَ كُشُفٌ
عَنْدَ الّلقَاءِ وَلاَمِيْلٌ مُعَازِيلُ

Mereka berhijrah, mereka dianggap lemah, mereka tidak berperisai
Pada saat bertemu musuh tanpa pedang dan senjata

لَيْسُوا مَفَارِيْحَ إِنْ نَالَتْ رِمَاحُهُمْ
قَوْمًا وَلَيْسُوا مَجَازِيْعًا إِذَا نِيْلُوا

Mereka tidak sombong jika tombak mereka membunuh
Suatu kaum, mereka tidak sedih jika mereka kalah

لاَ يَقَع الطَّعْنُ إِلاَّ فِي نُحُوْرِهِمُ
وَمَا لَهُمْ عَنْ حِيَاضِ المَوْتِ تَهْلِيْلُ

Tikaman tidak terjadi kecuali pada leher mereka
Mereka tidak pernah mundur dari telaga kematian

Setelah Ka’ab melantunkan syairnya tersebut, kemudian rasulullah memberikan hadiah berupa sebuah burdah......
Cerita tentang Ka’ab bin Zuhair diriwayatkan selengkapnya oleh al-Hakim dalam al mustadrok ala as-shohihain, juga disebutkan dalam al-ishobah karangan Ibnu Hajar al-Asqollani & usdul ghobah karya Ibnul Atsir.....

Dari cerita di atas, dapat kita lihat bahwa bersyair yg berisi pujian untuk Rasulullah bukan merupakan hal tercela..... Rasulullah sendiri senang dengan pujian yg ditujukan padanya & menyuruh para sahabat untuk menyimaknya meskipun syair itu disampaikan di dalam masjid...... Tidak berhenti di situ, Rasulullah pun memberikan hadiah untuk sang penggubah syair Ka’ab bin Zuhair......

Tentang syirik yg dituduhkan mereka kepada al-imam al-Bushiri karena menyifati makhluknya dengan sifat Allah dan menisbahkan pekerjaan yg hak Allah.... Seperti Rasulullah sebagai makhluk disifati sebagai pemberi hidayah, syafa’at & semisalnya, justifikasi syirik tersebut disebabkan kesalahan mereka dalam memahami bait2 pujian tidak dengan proporsional.....

Mereka menggunakan dalil sebuah hadis, “jangan berlebihan dalam memujiku seperti orang nashrani memuji Isa putra Maryam”...... Hadis ini bukanlah larangan dalam berlebihan memuji nabi, tetapi larangan untuk menuhankan Rasulullah sebagaimana kaum nashrani menuhankan nabi Isa alaihis salam..... Bukankah Allah sendiri telah menyebut hambanya tersebut dengan sebutan ro’uf & rohim dalam al-Qur’an, padahal Allah pemilik sifat rohim seperti tersebut dalam basmalah...?????

Diantara kesesatan nalar itu adalah menyalahkan saudara seiman karena membaca syair meskipun bacaan tersebut berisi pujian untuk nabi Muhammad...... Pujian kepada Rasulullah dianggap oleh kaum sawah terlalu berlebihan & fakta di lapangan telah diclaim ke dalam kekafiran atau syirik karena menyekutukan Allah, mencampur aduk sifat Allah atau menisbahkan sebuah pekerjaan yg hanya merupakan pekerjaanNya kepada makhluknya...... Al-Imam al-Bushiri, pengarang qasidah yg dikenal dengan nama burdah, sering menjadi sasaran kritik dalam masalah ini.... Mereka bahkan mengatakan bahwa burdah adalah qasidah syirik, tidak lain hanya nalar yg sesat.....

Mereka juga salah dalam mengartikan tawassul sebagai syirik karena meminta kepada selain Allah..... Ini merupakan problem klasik yg telah diulas, dibantah & dijawab berulang kali oleh ulama ahlussunnah melalui berbagai tulisan mereka. Berarti ada pemahaman diluar akal yg sifatnya ta’abudi, sedangkan pemusyrikan terjadi karena ranah nalar dipaksakan memahami ranah tauhid yg hanya dimiliki Allah & Rasulullah..... Ahlussunnah menjaga betul keserasian nalar dalam menjangkau perihal yg trancendent, salah satu kitab yg membahasnya syawahidul haq karangan Yusuf an-Nabhani & Mafahim yajibu an tushohhah karangan al-Musnid Assayyid al Muhaddits Muhammad al-Maliky al hasny......

No comments:

Post a Comment